KADIN RFBH, Jakarta – Permasalahan lingkungan seperti pemanasan global, perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan emisi gas rumah kaca saat ini semakin tak terkendali. Namun untuk memperbaikinya tidaklah mudah. Perlu adanya upaya dan dana yang besar untuk memulihkannya. Sementara itu keterbatasan dana menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Oleh karenanya dibutuhkan solusi secepatnya untuk menangani permasalahan keanekaragaman hayati ini. Beberapa negara di dunia telah mengambil sikap dengan mengembangkan instrumen pendanaan hijau seperti green bond, blue bond, green investment, perdagangan karbon, dan lain sebagainya.
Policy Specialist Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) Burhanuddin, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) II bertema “Pengembangan Potensi Ekonomi Keanekaragaman Hayati”, yang diselenggarakan Direktorat KKSDA Bappenas di Hotel Royal Kuningan Jakarta Selatan, Selasa (04/06/2024) lalu, menyampaikan bahwa KEHATI yang telah beroperasi sejak 12 Januari 1994 ini, memiliki tujuan mengumpulkan dan mengelola sumber daya untuk disalurkan dalam bentuk dana hibah, konsultasi, serta berbagai fasilitas lain guna mendukung program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia secara adil dan berkelanjutan.
KEHATI berperan sebagai katalisator dalam menemukan cara-cara inovatif untuk melestarikan, mengelola, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia. Kerjasama dijalin dengan berbagai lembaga, termasuk pemerintah pusat dan daerah, komunitas bisnis, perguruan tinggi, LSM/KSM, asosiasi profesi, dan media massa. Dukungan dari berbagai pihak tersebut sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati Indonesia agar manfaatnya bisa dinikmati oleh generasi mendatang.
“KEHATI hingga saat ini merupakan lembaga pemberi hibah konservasi terbesar di Indonesia dan telah memobilisasi, mengelola, dan menyalurkan dana hibah lebih dari 2 triliun rupiah,” ujar Burhanuddin.
Program-program KEHATI menggunakan empat pendekatan, yaitu kewilayahan ekologi, pelibatan dan partisipasi publik, berbasis masyarakat lokal dan adat, serta tata kelola yang baik. Program-program ini dibagi ke dalam tiga ekosistem utama yang meliputi ekosistem kehutanan, ekosistem pertanian, dan ekosistem kelautan.
Ekosistem kehutanan memiliki program strategis yaitu Taman Kehati (keanekaragaman hayati), ekosistem pertanian memiliki program strategis yaitu pengembangan pangan lokal, serta ekosistem kelautan memiliki 1 program strategis yaitu konservasi mangrove, sementara program baru yang akan dikembangkan dalam 4 tahun kedepan adalah energi baru terbarukan, perikanan berkelanjutan, dan bioprospecting.
Sustainable and Responsible Investment (SRI) KEHATI
Burhanuddin juga menyebutkan Yayasan KEHATI telah meluncurkan indeks hijau bernama Indeks Saham Sustainable and Responsible Investment (SRI)-KEHATI pada 8 Juni 2009. Indeks ini mengikuti Prinsip Investasi Bertanggung Jawab dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN PRI) dan diterbitkan bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan standar pemilihan perusahaan yang menerapkan prinsip Investasi Bertanggung Jawab Berkelanjutan (SRI) dan prinsip lingkungan, sosial, serta tata kelola (Environmental, Social, and Governance (ESG)), Indeks SRI-KEHATI menjadi satu-satunya referensi untuk prinsip investasi yang fokus pada isu ESG di pasar modal Indonesia. Melalui indeks ini, KEHATI berusaha menciptakan hubungan saling menguntungkan antara dunia konservasi dan sektor bisnis.
Saat ini, Indeks SRI-KEHATI mencakup 25 saham perusahaan publik yang terdaftar di BEI, dengan komposisi yang ditinjau dan diperbarui setiap bulan Mei dan November. Sejak diluncurkan, indeks ini secara historis menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan beberapa indeks utama seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ45, dan JII.
Indeks SRI KEHATI telah menjadi salah satu sarana untuk menggalang dana. Fund Manager mengalokasikan sebagian dari biaya pengelolaan reksadana hijau mereka kepada KEHATI sebagai donasi untuk program-program pelestarian keanekaragaman hayati. Dari perspektif investor, reksadana hijau ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga memungkinkan mereka berkontribusi terhadap program konservasi KEHATI. Kontribusi ini dilakukan secara tidak langsung melalui pemilihan saham hijau dan secara langsung melalui donasi. Saat ini, terdapat 9 Fund Manager yang bekerja sama dengan KEHATI, dengan sebagian besar dari mereka bergabung dalam 1.5 tahun terakhir. Aset reksadana hijau telah meningkat enam kali lipat dalam periode tersebut. Namun, jika dibandingkan dengan skala industri reksadana secara keseluruhan, nilai ini masih sangat kecil.
Indeks SRI-KEHATI telah meraih berbagai penghargaan tingkat global. Terbaru, pada 10 Juni 2021, KEHATI bersama manajer investasi PT BNP Paribas Asset Management dinobatkan sebagai pemenang Sustainable Investment in Action (SIA) Award 2021 kategori Basic Needs. Penghargaan ini diberikan oleh kelompok media Option Finance dengan dukungan organisasi yang bergerak di bidang ESG dan beberapa media di Eropa.
SIA Awards adalah hasil kolaborasi berbagai organisasi, termasuk PRI (Principle for Responsible Investment), UK SIF, Spain SIF, UN Global Compact France, dan lainnya. Pada tahun 2021, KEHATI melalui indeks SRI-KEHATI juga berhasil masuk dalam nominasi 2021 PRI Award untuk dua kategori, yaitu Emerging Markets Initiative of the Year dan Real-World Impact Initiative of the Year.
KEHATI tidak hanya berhasil menggalang dan menyalurkan dana untuk berbagai program konservasi, tetapi juga menjadi pionir dalam mengintegrasikan prinsip investasi bertanggung jawab melalui Indeks SRI-KEHATI. Dengan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, KEHATI akan berupaya terus berinovasi dan menjalin kerja sama strategis untuk memastikan bahwa keanekaragaman hayati Indonesia dapat terlindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi kini dan masa depan. (*)